Blogger Widgets

Tuesday, January 29, 2013

Kejadian Hari Ini, pt. 2

Setelah insiden dengan mas-mas menel pagi ini, pulang sekolahnya gue bertemu dengan sepasang kekasih yang sedang pacaran di depan rumah orang. Mereka mengejek gue, berkata, "kita dong pacaran, pasangan serasi antara cowok dengan ceweknya. Lihat, kita bahkan terlihat serupa. Muka kita mirip. Sementara lo hanya orang melarat yang cuma bisa dimenelin sama mas-mas gendut. Hus hus, gangguin kita lagi mesra aja."

Saking keselnya, gue foto mereka.


"Di sini, kau dan aku..."



Terkutuklah mereka. Terkutuk. Seenaknya bikin gue iri. Seenaknya pacaran depan rumah orang. Nanti gue laporin sama pemilik rumahnya.

Kejadian Hari Ini

Hari ini gua mengalami kejadian yang lumayan aneh. Hal ini diawali ketika gua naik bis Pusaka menuju sekolah. Gua duduk di barisan paling belakang, kalian tahu lah, di ujung kursi yang ngederet panjang itu. Kira-kira beberapa saat setelah melewati underpass di jalan baru, orang aneh ini naik. Tampangnya masih muda gitu, kayak mas-mas pada umumnya. Hanya gendut. Jadi pas naik dia senyum-senyum ke gue. Gue biarin aja, dikira dia permisi mau duduk di tempat sebelah kiri gue yang masih kosong, serius, masih luas banget deh, bahkan untuk ukuran pantat orang segendut dia. Anehnya dia minta gue geser, malah mau duduk di sebelah kanan gue. Rese. Ya udah tuh gue geser.

Kemudian apa yang terjadi?

Dia ngedudukin tangan gue. Gue yang terkejut mengibas-ngibaskan tangan gue, kesakitan. Terus dia langsung tersenyum minta maaf sambil bilang; "eh maaf, maaf, maaf..." dan memegangi tangan gue. Gue yang baru aja selesai kaget, kaget lagi karena dia megang tangan gue, koreksi, meremas tangan gue, dan gue bilang sambil senyum "eh iya, gak papa kok." Setelah itu dia senyum lagi seraya kembali MENGGENGGAM TANGAN GUE DAN MENARUHNYA DI PANGKUANNYA. Oke, pertamanya gue masih bisa terima karena dia yang menimpa tangan gue dan berusaha membantu tangan gue untuk keluar dari himpitan pantat besarnya, tapi ini kelewatan.

Gue mulai merasa gak nyaman dan berpikir orang ini bermaksud yang enggak-enggak. Dia nanya; "sekolah ya dek?" Dalam hati gue berkata, ya iyalah sekolah tulul. lu gak liat gue pake seragam rapi gini? Gue ingin tahu apakah dia emang sebego tampangnya, karena jelas-jelas lokasi yang terjahit di seragam gue menerakan nama sekolah gua.

Gua memutuskan untuk menjawab: "iya, sekolah."

Mungkin salah denger, dia nanya lagi, "hah, kerja?"

"Nggak, sekolah." Balas gue dengan sedikit keganggu. Mas-mas tak dikenal ini terus saja memegangi tangan gua dan tampaknya tidak peduli terhadap usaha keras gua untuk melepaskan diri dari genggamannya.

"Oh, sekolah", ucapnya sambil terus senyum-senyum, yang gue kasih tau lu semua, bener-bener menjijikkan. Ini mas-mas kegenitan banget. Serius. Serem gue liatnya.

"Kelas berapa?"

"Kelas 2." Gue bertekad ngejawab singkat-singkat aja, yang emang sama sekali nggak susah, mengingat gua ingin melepaskan diri dari dia.

Terus dia bilang lagi, "Kalo aku (aku, pula) ngajar di SMK 7." Terus apa urusannya sama gue kalo lo ngajar di SMK 7??? Gue bahkan nggak tahu SMK 7 itu di mana, jerit gue dalam hati. Gue bener-bener gak mau terlibat percakapan lebih jauh lagi dengan orang psycho ini. Gue pengen turun, tapi tanggung, kalo jalan jauh, sedangkan gue udah mau telat. Gue pengen bentak dia, tapi takut dia makin parah dan makin gak mau lepasin gue. Akhirnya gue tanggapi dengan senyum yang dipaksakan, "oh, gitu."

Orang itu senyum lagi sambil terus mainin tangan gue. Setiap gue tarik tangan gue, dia pegang lagi. Dia bahkan bersikeras untuk memegangi tangan gue ketika dia mengecek isi tasnya. Dalam hati gua bersumpah akan mendettoli tangan gue beberapa kali setelah sampai di sekolah. Kenapa nggak ada satu pun orang dalam bis yang tampaknya menyadari hal ini?

Setelah hening sesaat dan beberapa kali pelintiran tangan kemudian, dia nanya lagi.

"Di sekolah jurusan apa?"

Gua menggertakan gigi. Kepo banget sih nih orang. "IPS."

"Oh IPS", senyum menelnya tidak pernah meninggalkan bibirnya, ekspresi wajahnya seakan ia baru mendapat uang kaget. "Kalo aku ngajar."

Setelah kecanggungan beberapa saat, ia kembali melanjutkan monolognya.

"Iya", katanya sambil terus tersenyum menel, mengabaikan absennya tanggapan dari gue. "Aku ngajar bahasa Inggris di sana."

Lu kira gue peduli.

Gue yang nggak tau mau nanggapin apa dari pernyataannya itu, hanya tersenyum-senyum asem. Tapi tampaknya itu cukup baginya. Sial.

"Ntar main yuk ke sekolah aku", senyumnya, yang gue asumsikan dia maksudkan untuk terlihat menggoda, tapi gagal. "Nanti aku kasih nomor aku, catet ya..." Gue yang semakin freaked out berusaha terlihat seperti nggak mendengar pemintaannya, tapi setelah dia tanyain "mau nggak? mau nggak?" beberapa kali gue berikan senyuman asem gue kepada mas-mas itu. Biarin. Gak berarti gue bilang iya kan. Sebentar lagi juga gue akan turun dari bis jahanam ini.

Saat udah mau sampe depan Yogya, gue siap-siap turun. Dan, sialan banget mas-mas menel itu, menarik tangan gue dan berkata; "turunnya nanti aja....ya? Sama aku. Kita main ke sekolah aku." Gue yang udah memutuskan bahwa orang ini punya kelainan psikologis berusaha menolak dengan cara halus, karena gak tau apa yang bakal terjadi kalo gue jutekin dia. Mungkin dia bakal ngamuk? Gila? Nangis? Gak mau ngelepasin gue? Karena saking bingungnya, dengan rada menggumam dan mata nanar gue bilang, "ini udah telat..."

Sedih. Sedih banget, Ni.

Untungnya dia mendengar ucapan gue. Fyuh. Karena ini benar-benar situasi kritis di mana bis sudah hampir mencapai Yogya. Gue pun dengan senang hati beranjak berdiri, melepaskan diri dari cengkraman sang Orang Menel Gendut Gila. "Yah...udah telat ya... Nggak simpen nomor aku?", desak si mas-mas yang masih berusaha untuk menahan gue, meraih tangan gue untuk membuat gue tinggal lebih lama. Um, ew?

Melepaskan tangan, gue hanya tersenyum sekilas dan berkata, "lain kali deh" dan berbalik, mengabaikan tatapan kecewa dari si mas-mas creepy.

Setelah bis berhenti di depan Yogya gue segera turun tanpa sekali pun memandang ke belakang (ke arah si mas-mas tepatnya). Tuhan, gue harap gue gak ketemu dia lagi.


Saturday, January 26, 2013

Jiuzhaigou Valley, China

Baru-baru ini gue menemukan tempat baru untuk diobsesiin. Gua mau sedikit membongkar rahasia nih, sebenernya gua agak terobsesi, oke, terobsesi banget, dengan tempat-tempat yang berair jernih. Maksudnya? Ya gitu. Tempat-tempat eksotis yang menampung air yang bersih banget sampai kelihatan dasarnya. Contohnya, perairan di Tanjung Lesung, Lombok, Raja Ampat, atau Ujung Genteng. Atau Curug Nangka (kok gak level banget nyontohinnya -,-). Atau sungai Niyodo di Jepang. Atau bahkan sungai di bagian Sakura Garden, Kebun Raya Cibodas itu. Gue suka semuanya. Gue bisa ngabisin waktu berjam-jam hanya menatap kejernihan air dari tempat-tempat tersebut. Sampe-sampe saat mandi aja beberapa menitnya gua abisin buat memandangi isi bak mandi dengan tertegun-tegun (ya ga gitu juga, Ni). Nah, sekarang gue telah menemukan objek pengileran baru, setelah iseng-iseng browsing internet. Kenapa gua baru menemukannya di samping obsesi gue terhadap tempat-tempat sejenis ini, gue juga nggak tau.

Oke. Jadi, namanya adalah Jiuzhaigou. Jiuzhaigou ini adalah sebuah lembah yang merupakan bagian dari Pegunungan Min, lokasinya ada di ujung Dataran Tinggi Tibet, provinsi Sichuan di barat laut China. Lembah Jiuzhaigou itu sendiri adalah bagian dari UNESCO World Heritage Site, jadi udah pasti tempatnya keren banget. Iya, kalo nggak keren gua nggak bakal ngefans, apalagi terobsesi. Nggak bakal jadi situs UNESCO juga, ah elah. Kenapa jadi gue yang senewen.

Jiuzhaigou itu secara harfiah artinya adalah Lembah Sembilan Desa (Nine Villages Valley), karena emang panjangnya sepanjang sembilan desa orang Tibet yang dilewatinya. Yang gue takjub banget dari tempat ini adalah air sungainya yang bener-bener jernih, tak tersentuh. Ya istilahnya masih perawan, lah. Bener-bener biru jernih, dan bukan biru biasa pula. Birunya unik, warna turquoise gitu. Mungkin karena kadar mineral yang terkandung atau jenis tanahnya, gue ga tau. Yang pasti keren banget. Pemandangan kiri-kanan sungainya juga spektakuler, apalagi menjelang musim semi. Memikat banget, bro. You'll be left speechless for the rest of your mortal life. Gue udah ga ngerti lagi mau ngejelasinnya gimana. mending liat gambarnya sendiri.

This is exactly why I worship this place.

Ada tempat-tempat tertentu yang bener-bener bikin gue pengen ngancurin buku yellow pages saking indahnya. Bikin gemes banget, menyadari bahwa duit di dompet gue tinggal 20 ribu rupiah. Go figure. 

Yang pertama:

 Bikin napsu

Lembah Rize. Ini salah satu objek populer yang paling banyak didatangi turis. Nggak heran, karena tempatnya emang keren abis. Panjangnya 18 km dan berada di bagian barat daya Jiuzhaigou. Sepanjang 18 km itu ada banyak tempat yang layak dikunjungi, salah satunya Pearl Shoal, yang dijadiin lokasi syuting dari seri TV Journey to the West (kudos to you who know it). Di Pearl Shoal ini terdapat Pearl Waterfall yang indahnya tiada tara~ Penasaran? Gugurekasu! Google it. Gue males nguploadnya. 

Yang kedua:

*Hyperventilating*

Lembah Zechawa. Ini satu juga gak kalah keren. Pokoknya kalo udah ke sana lo bisa mati damai deh. Keren banget sumpah. Lu harus liat foto lainnya, karena keren-keren semua. Bahkan yang diambil dari sudut jelek aja keren. Bahkan mungkin kalau ada orang jelek pose di sana bakal terlihat indah seperti malaikat. Bahkan mungkin gue...ah lupakan. Nah, Zechawa Valley ini berada di bagian tenggara Jiuzhaigou. Di sana ada Long Lake, danau terbesar di Jiuzhaigou, Five-color Pond (Danau Lima Warna) which I desperately want to visit, or plunge myself into to be exact, dan the lovely Seasonal Lakes yang kece abis, abis, seabis-abisnya. 

Yang ketiga:

 Eye-gasming.

Lembah Shuzheng. Bagian utama dari Jiuzhaighou, ada di sebelah utaranya. Pemandangannya sangat eksepsional, sepanjang 14,5 kilometer Anda akan menemui Nuorilang Falls (Air Terjun Nuorilang), Nuorilang Lakes (Danau Nuorilang) yang ada bendungan alaminya, Sleeping Dragon Lake (Danau Naga Tidur) yang terdapat semacam tanggul yang menyerupai bentuk naga yang sedang tidur, dan Reed Lake (Danau Alang-Alang) yaitu rawa yang dipenuhi alang-alang dengan sungai kecil berwarna biru-hijau jernih menzig-zag sepanjangnya, keren banget gue mau mati.

Sebenernya masih banyak tempat-tempat lainnya di Jiuzhaigou yang bisa diekspos di sini, yah tapi seenggaknya gua udah nunjukkin tempat-tempat utama yang umum ada di jalur wisata Jiuzhaigou. Gue gak tau kapan gue bakal ke sini, tapi gue harap gue bisa...walaupun sekarang gue hanya bisa termenung-menung memandanginya dengan iler yang menetes semakin deras... Ini bener-bener kejadian Sungai Niyodo yang terulang kembali, if not more than that. Curcol dikit, gue sampe nangis (beneran, dari berkaca-kaca sampe ingusan) pas ngeliat filmnya dokumentasinya (tentang Sungai Niyodo) di NHK, sebegitu besarnya obsesi gue terhadap tempat-tempat seperti ini. Dan Jiuzhaigou? Lebih dari apapun yang pernah gua lihat di Niyodo. *brb nyari tisu*

Friday, January 25, 2013

That moment when that short scene breaks your heart...

Simba: Dad, Dad, come on, you gotta get up. Dad, we gotta go home.
(pulls on Mufasa's ear
Simba: Help!
(echoes throughout the gorge)
Simba: Somebody!
(echoes)
Simba: Anybody...
(echoes)
Simba: (Sniffs) Help...
(Heartbreaking music plays)
(Simba slips into Mufasa's arm and weeps)
 Me: *Burst into tears*

Wednesday, January 23, 2013

Not Good Enough

My life seems to be on the down side lately, at least that's what I feel. So let me rant here for a bit.

It's as if everything I do, or how hard I tried, or how much I put effort into, doesn't seem to work out the way I expect it to be.

It's as if I'm not good enough. No matter how hard I try to be good at something, there's always someone better than me. I tried so hard, really, to improve myself. To hone my skills. Just to have something I'm good at. To be special. What's wrong with that, right? You know, to be special. Everybody wants to have something to be proud of, don't they? I mean, we all have a Tom Riddle inside of us. But no, that's not enough. All that effort, just not enough. I'm still not good enough.

It's eating me inside, you know. That feeling of helplessness, like the farther you run, the farther your goal is. Like every new door you succeeded to open just shows how far you really are from your destination. That dreaded feeling of how hard you chase them--those people you look up to--but will never be their equal. Like you've done everything in your power but still can't change anything; you're still your old sucky self. Not changing a tad bit. It's frustrating. Dejecting. Makes you just wanna pull your hair out. And then scream as loudly as possible, have a breakdown and fall to your knees.

It's like everything's going downhill, my confidence, self-esteem, all of it. I'm being cynical to the world, easily offended and hurt, being jealous over people and end up hating them, feeling inferior to everyone yet still mocking them because of my own insecurity towards myself; more or less making me a mess. Not exactly a healthy state to be in. And to be completely frank, I'm tired to be like this. This pathetic, weak, feeble-minded me. I'm tired of blaming other people because of my own shittiness (ha, is that even a word). Wallow in my own puddle of self-pity. And so done with self-loathing. I just want to be good, really, to be on the lead on just one field; just one. Am I asking too much? Why is everything so difficult? Why is it so hard to reach, that dream of mine? Why can I never feel good about myself?

I can't seem to find an appropriate title for this one

Jadi gini, gue tuh lagi males banget. Jadi sekarang gua mau bikin inovasi baru. Yaitu menggunakan kata sebutan orang pertama lain, saya.
Saya sedang gundah nih, saya prihatin dengan masa depan saya. Kenapa tampaknya kemalasan sangat menghalangi ambisi saya. Kalau begini terus kan, bisa-bisa saya kalah saing dengan murid lainnya yang juga berebut masuk universitas ternama. Bilang saya ngelantur, tapi keadaan otak saya memang rada absurd begini. Saya juga bingung, kenapa ya tidak ada orang yang mencoba menemukan obat penghilang malas? Frekuensi gelombang otaknya diatur sedemikian rupa gitu, dan menghindari seseorang untuk mengarah ke arah malas-malasan. Pasti orang itu langsung kaya, ya. Maksud saya, siapa juga yang tidak mau dirinya terlepas dari segala kemalasan? Populasi orang-orang malas di dunia ini juga pasti sontak berkurang. Tidak ada lagi penyakit pandemik jahanam bernama kemalasan. Jika saja ada, ya, hal seperti itu. Tiga kali sehari dengan seteguk air putih selama seminggu, dan kau pun menjadi rajin seketika! (seperti iklan bilang). Walaupun terdengar sci-fi banget, malah mungkin dongeng ya, apa mungkin ya suatu saat diproduksi hal seperti itu? Apa yang bakal terjadi pada umat manusia? Maksud saya, kemalasan itu juga adalah salah satu pertanda bahwa diri kita adalah manusia. Dapat merasakan malas membuat kita manusiawi. Terdapat kepuasan tersendiri juga dengan mengalahkan malas. Apa yang terjadi bila hal seperti itu dihilangkan hanya dengan produk farmasi pengubah proses kimia dalam tubuh? Bukankah pada dasarnya, manusia hanya akan menjadi semakin malas? Dalam konteks, kita tidak perlu bersusah-susah dalam mengalahkan malas itu sendiri. Hanya dengan pil dan setenggak air putih. Bukankah pada dasarnya, upaya kita dalam mengalahkan rasa malas tersebut yang membuat kita menjadi tidak malas? Bagaimana jika kita menemukan jalan pintas untuk mengalahkan rasa malas itu sendiri? Jika memang malas telah berhasil dihilangkan dari dunia ini, masih akan adakah konsepsi rajin? Jika memang semua orang telah menjadi rajin, apa yang bakal membuat seseorang disebut rajin, mengingat semua orang berlaku sama sedemikian rupa? Apakah akhirnya rajin itu yang akan menjadi malas? Atau akankah ada perubahan standar kompetensi antara kemalasan dan kerajinan? Anda tahu, saya sering sekali memikirkan hal tidak berguna seperti itu. Alangkah indahnya jika saya menggunakan waktu saya untuk berpikir yang tidak-tidak seperti itu untuk belajar, bukan? Dibanding dengan merenungkan tentang rasa malas itu sendiri, tidakkah lebih baik jika saya langsung beranjak dari sini dan belajar untuk mengejar masa depan saya yang saat ini sepertinya jauh sekali layaknya monas yang dilihat dari Bogor (baca: gak kelihatan)? Tapi itulah misteri dari suatu kemalasan, kawan. Pikirkan hal-hal yang telah anda perbuat karena kemalasan. Yang menyelewengkan anda dari tujuan anda sebelumnya. Seperti saya sekarang ini. Tahukah anda sekalian, seharusnya sekarang saya telah menyelesaikan seluruh naskah drama Bahasa Indonesia saya, jika tidak untuk kemalasan yang tiba-tiba menyerang dan menyuruh saya untuk memposting postingan aneh ini? Tahukah anda sekalian, postingan saya terkait study tour seharusnya sudah terpampang di tampilan antarmuka blog saya jika saja saya tidak cukup malas untuk menulisnya? Ada apa dengan segala kemalasan ini? Mengapa saya terus mengajukan pertanyaan yang memang seharusnya anda sekalian tidak ketahui jawabannya? Mengapa tidak kita sudahi saja postingan ini sebelum kita tersasar terlalu jauh?

Saturday, January 19, 2013

Guilty Pleasure

Curiosity killed the cat.

But satisfaction brought it back.

.....with a slight pang of guilt and self-disgust.

Tuesday, January 08, 2013

Hubungan antara Sekolah dan Kreatifitas Siswa

Minggu ini gua udah mulai masuk sekolah lagi. Dan sekolah gue dengan kejamnya langsung mengadakan kegiatan belajar-mengajar dengan normal di hari pertama masuk tanpa meminta pertimbangan dari para murid. Hal ini tentu saja membawa dampak besar pada gua. Tentu aja jadwal mulai dari bangun pagi sampai tidur lagi berubah sangat drastis. Yang namanya mata masih berat pada saat upacara dan lu ketiduran sampe mangap-mangap sambil istirahat di tempat itu pasti terjadi, yah, setidaknya bagi gue.

Salah satu yang gua sadarin berubah drastis itu adalah kondisi binder gua. Tepatnya isinya. Yang di saat-saat liburan isinya begini semua:


Saat hari-hari pembelajaran aktif menjadi begini:


Dan gue telah membuat penelitian tentang tragedi ini.

Ini membuktikan bahwa terjadi penurunan kreatifitas drastis pada siswa, yang diakibatkan padatnya jadwal sekolah dan capeknya siswa karena pulang kesorean. Saat sampai di rumah, siswa sudah tidak mampu lagi untuk menggali ide-ide untuk dituangkan, amit-amit, megang pensil aja sudah nggak kuat lagi. Perlu diingat juga bahwa masih ada PR-PR untuk dikerjakan, belum lagi kewajiban-kewajibannya di rumah seperti menyapu, mencuci, dan makan.

Hal ini juga disebabkan karena lamanya jam pembelajaran yang sangat menyita waktu siswa sehingga siswa kehilangan waktu browsing-browsing untuk mencari inspirasi untuk pembuatan  karya-karyanya tersebut. Inspirasi itu timbul pada saat kita ada dalam keadaan nganggur, dan susah untuk muncul di waktu yang padat dan sibuk.

Dengan hal ini disimpulkan bahwa, daya kreatifitas siswa berbanding terbalik terhadap waktu sekolah. Semakin lama siswa dikurung untuk duduk diam di dalam sekolah, maka semakin menurunlah daya kreatifitas siswa, dan kesempatan/waktu siswa dalam berkarya.

Hal ini sangat mengkhawatirkan, apalagi mengingat tekad siswa tahun ini untuk lebih membesut karya-karyanya, bagaimana jika suatu saat sekolah menjadi semakin sibuk dan kreatifitasnya raib, hilang entah kemana?

Menyadari kenyataan ini, masih perlukah diberlakukan jam belajar sekolah sampai sore?


Wednesday, January 02, 2013

Sindrom Peter Pan

Sepertinya gua mengidap Sindrom Peter Pan ringan.

Bukan, bukan nama band yang belakangan diganti namanya menjadi Noah itu.

Sindrom Peter Pan itu istilah psikologis yang digunakan untuk mendeskripsikan keadaan dimana seseorang yang seharusnya sudah dewasa tetap bersikap kekanak-kanakkan di samping usianya yang sudah tidak sesuai, dan gagal untuk mengambil peran sosial dan tanggung jawab yang seharusnya ditanggungnya.

Singkatnya, immature.

Tahukah kalian bahwa istilah tersebut diambil karena ketakutan si tokoh Peter Pan itu sendiri akan menjadi dewasa?

More or less, that's what I often feel, and what I'm feeling at this moment.

Dulu, di saat temen-temen sedang asyik-asyiknya berkeinginan untuk menjadi cepat dewasa...
Gua berharap agar bisa terus jadi anak-anak

Dulu, di saat teman-teman berharap untuk segera lulus SD agar dapat segera merasakan SMP...
Gua berharap bisa ngedekem terus di SD

Dulu, di saat kelulusan SMP dan temen-temen sedang semangat-semangatnya untuk masuk SMA...
Gua berharap bisa tinggal di SMP terus


Saat waktu dengan kejamnya terus bikin kelulusan SMA semakin di depan mata tanpa persetujuan gue

Saat tubuh gue semakin beranjak dewasa dan gue menjadi semakin takut dipanggil 'mbak' instead of  'dik'... (iya...ini rada menyeramkan)

Saat gua semakin takut menjadi dewasa dan nggak bisa lagi bersenang-senang

Saat semakin banyak orang yang nge-judge gue atas segala tindakan gue

Saat gue gak lagi dilihat lucu oleh orang-orang jika tertawa tiba-tiba (adanya juga dikira gila)

Saat imej tampaknya menjadi semakin penting dan gue mulai memasang topeng-topeng

Saat tanggung jawab semakin menggunung

Saat harus berkomitmen pada banyak hal

Saat nggak bisa lagi hidup bebas 'semau gue'

Saat gua mau nggak mau harus serius merencanakan masa depan gua

Saat gua harus menopang dan menata hidup gue sendiri, bukannya bergelayut santai pada orangtua...


Gue pengen cengengesan terus. Cengengesan dan terus cengengesan.

Keketawaan dan menjawab ngaco saat ditanya serius

Guling-guling di tanah tanpa disangka orang gila

Mandi telanjang di depan umum tanpa disangka pornoaksi

Nyanyi-nyanyi seenaknya tanpa harus takut malu-maluin

Main game seharian, nonton TV sepuasnya, jalan-jalan seenaknya seakan gak akan ada lagi hari esok

Gue pengen dunia yang hanya ada mimpi, imajinasi, and loads, loads of sweets... ---dan hal-hal menyenangkan lainnya

Dunia dimana segala sesuatu masih sangat sederhana

Nggak ada kebohongan, hal yang dibuat-buat, dan teman yang nusuk dari belakang

Di mana nggak ada tugas, deadline, ujian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan prosesi menjadi dewasa

Di mana nggak ada seorang pun yang menuntut hal-hal serius dari gue

Hidup bebas gak terikat oleh kewajiban apa pun


Nggak, menurut gua jadi dewasa itu nggak menyenangkan

Pandangan yang belum berubah sejak gua kecil dulu

Walau dulu sering sih gua mikir untuk jadi dewasa di saat-saat gua dimarahin orangtua...hanya sekedar untuk marahin balik gitu...

But that's all.

Apalagi keuntungannya jadi orang dewasa?

Jadi dewasa itu menakutkan.

So, 

Time, wherever you are, I hope you listen to this; I'm begging you, don't move so fast.




Serius, gue takut dapet KTP tahun ini... jadi semacam paranoid gitu setiap ngeliat gambar KTP
Dan gimana kalo seandainya gue gede jadi ibu-ibu gosip yang selalu gue ledekin itu? 

I miss the times when everything was so simple.

Tuesday, January 01, 2013

New Year's Resolution


So, I'm welcoming the first day of the year by getting up late. Like, really, really late. It's already noon and I've just started my activity.
I won't be writing anything fancy for now. I'll just simply share my new resolution for this year.


After struggling in the blog world for a while, I realize that there are many amazing blog writers my age whose writing is far surpassing mine. Making me feel inferior with their extraordinary mind. I found out that they aren't just making entries randomly, like I often do, that they could spend hours just to write a simple, short, yet marvelous entry. Through a deep thinking and thorough editing. Making a simple, ordinary thing in life extraordinary. Compared to what I've been doing now, oh, mine is just some raw drafts that have yet to be processed. I certainly have never spend my time writing entries for more than an hour.

I can't help but feel completely jealous to them.

Is it too late for me to be serious about this? I mean, where was I all this time? Am I too old to start? While they already have a few years of experience ahead of me?

Well, there's no time for regrets. What have been done, is done. Time to move forward, to be better than before. Like what Walt Disney said;

"We keep moving forward, opening new doors, and doing new things, because we're curious and curiosity keeps leading us down new paths. We're always exploring and experimenting."

Everything has its process, and what we do isn't always ends up perfect. As long as we remain curious, and be determined enough to improve, well, we won't stop continue to develop. 

So, my resolution this year: 
To be more serious on writing my blog. Simple, but requires strong determination (I'm being serious here...it's really hard...not to mention the foul mood that always seems to dominate me). I don't want to lay waste my blog anymore. And left my already-screwed-up writing skill rusty. Hopefully, I'll get enough motivation to improve. Wish me luck!